Sebuah bukit di kawasan taman
nasional tengger semeru bromo. Terdapat 2 titik, b29 dan b30. Istilah b29 ini
merupakan singkatan bukit 29. 29 sendiri merupakan simbol dari ketinggian bukit
ini yaitu 2900 mdpl. Uniknya B 29 berada di kabupaten Lumajang sedangkan B 30
berada di Kabupaten Probolinggo .
Awal mula rencana mengunjungi B 29
setelah melihat beberapa foto dari salah satu teman yang di posting disebuah
akun pribadi sosial media. Foto di atas bukit berlatar belakang gunung bromo,
gunung batok dan puncak mahameru yang berselimut awan tebal. Karena itulah kita
termotivasi untuk kesana. Sebelum berangkat, saya bertanya terlebih dahulu
kepada teman saya yang sudah mengunjungi B 29. Saya menanyakan kondisi, keadaan
dan akses menuju ke sana,
dan saran dari rekan saya agar menghubungi teman saya yang berdomisili disana,
tepatnya di desa Senduro.
Akhirnya saya memutuskan berangkat
di akhir pekan. Saya tidak sendiri melainkan mengajak teman saya, Anggi. Pukul
5 sore kita berangkat menuju rumah teman saya terlebih dahulu, di desa Senduro.
Sejenak kami beristirahat dan pukul 22:30 kita sampai di rumah rekan saya
Dhani.
Kita bersiap-siap menuju ke B 29
dengan dipandu oleh Dhani. Jam 4 pagi kita mulai bergerak menuju ke parkiran B
29 dan lama perjalanan kurang lebih 1 jam. Jalan yang kita lalui awalnya masih
bagus. Begitu kita masuk desa Argosari jalan mulai terasa menanjak dan
berkelok. Tak lama aspal mulai nyaris tidak terlihat dan berganti jalan berbatu
juga berdebu. Medan
terjal terasa semakin berat. Jalan yang kita lewati tanah kering berwarna
coklat kekuningan dengan tekstur lembut, namun saat kaki menginjak tanah
langsung ambles sekitar 15 cm. Roda
sepeda motor saya sering terjerembab tanah. Dibutuhkan teknis khusus untuk
melewati jalanan ini, sungguh diluar dugaan. Apalagi motor yang saya tunggangi
berjenis skuter matik.
Tarikan motor saya semakin terasa
berat pertanda van belt mulai kendor karena panas hingga menimbulkan bau
sangit. Saya putuskan untuk berhenti sejenak untuk menghindari kerusakan pada
motor. Untuk mempercepat roda belakang saya siram sedikit air. Sekian lama kita
melintas kita sampai di pos masuk. Disana pengunjung tidak diperkenankan
membawa sepeda motor yang masih standar bawaan pabrik untuk naik sampai B 29
dikarenakan medan
semakin berat lagi. Kecuali motor yang berjenis trail yang mampu dan
diperkenankan untuk naik.
Akhirnya motor saya parkirkan,
sedangkan dhani sedang berusaha nego tarif ojek. Tarif ojek yang awalnya
dipatok harga Rp. 100.000 untuk antar jemput sampai tujuan kita tawar menjadi
Rp. 70.000 per orang. Kita menyewa 2 ojek . Benar saja medannya sungguh berat.
Sampai badan terasa sakit semua. Jarak dari parkiran menuju puncak B 30 sekitar
2 KM sekitar 20 menit lamanya untuk sampai puncaknya. Saat dalam perjalanan
saya diberitahu tukang ojek yang mengantar saya. Bahwa semalam ada angin
lumayan kencang sehingga awan yang biasa terlihat dari atas puncak hilang
karena angin. Sebenarnya sedikit kecewa juga mendengar penuturan tukang ojek.
Setibanya kita diatas puncak B 30
kekecewaan itu perlahan mulai hilang. Kita disuguhkan pemandangan yang luar
biasa. Pemandangan sunrise dan
kawasan bromo nampak begitu jelas. Suhu diatas puncak sangat dingin. Saya dan
Anggi sempat menguji nyali kita untuk melepas jaket mencoba melawan hawa
dingin. Sekalipun saya membawa minuman jahe tetap saja kedinginan. Pukul 07:30
kita turun dari puncak . Tak terasa hampir sekujur tubuh penuh debu yang tebal
. Setelah sampai parkiran kita menghirup udara segar sesaat setelah menempuh
perjalan turun dari puncak yang berdebu.
Refreshing kali ini bisa dibilang
rencana dadakan, persiapan yang minim dan budget yang pas-pasan. Peran teman
juga mendukung dalam perjalanan kali ini.
Setelah cukup beristirahat kita
kembali ke rumahnya dhani. Saat saya mau mengambil sepeda motor saya, anggi
tiba2 mengahmpiri saya dan bilang mau berjalan bersama pengunjung lain yang mau
turun. Dan ternyata anggi salah jalan. Dia tidak melewati rute sewaktu kita
berangkat. Dia malah mengikuti rute orang lain yang terbilang lebih jauh. Saya
dan dhani sempat kebingungan saat mencari. Saya putuskan kita berpencar dan
bertemu di gapura desa Argosari, karena hanya ada 2 jalur . Dhani mengambil
rute awal sewaktu kita berangkat sedangkan saya mengambil rute yang satunya
melewati rumah penduduk desa Argosari dan rute ini lebih jauh. Saya sempat
bertanya sama pengunjung yang lain dengan menyebutkan ciri-ciri fisik. Tak lama
saya berjuan melewati jalan yang sangat extreme. Saya bertemu anggi dalam
keadaan tersenyum seolah tak merasa bersalah. Saya melanjutkan menuju rumahnya
dhani. Setibanya kita sampai di rumah, ternyata sudah disuguhkan sarapan. Kita
bersih kemudian mandi. Setelah terasa segar kita makan bersama. Begitu terasa
nikmatnya sampai kita kenyang dan mata mulai sayu karena mengantuk. Akhirnya
kita merebahkan badan sampai tertidur. Pukul 13:00 kita berpamitan dengan dhani
dan keluarganya.
Saya sempat berkeinginan datang kembali
untuk berburu negri diatas awan sampai dapat. Bila perlu camping untuk mendapatkan sunset dan sunrise dari atas puncak. Saya
anggap perjalanan kali ini saya jadikan sebagai pelajaran perjalanan
berikutnya. Sekian catatan singkat perjalanan kita.
Terimaksaih sudah berkenan membaca
cerita singkat perjalanan kita di Wisindoka.
Penulis : Farid Rusadi
Pendukung : Anggih Kurniawan
Admin Post: Lail Asyita